Oleh: kajianmuslimah | 8 November 2007

Indikator Kebahagiaan di Dunia

Pemateri: Ibu Ike
Tanggal: 8 November 2007

MATERI

Ibnu Abbas ra. adalah salah seorang sahabat Nabi SAW yang sangat telaten dalam menjaga dan melayani Rasulullah SAW, di mana ia pernah secara khusus didoakan Rasulullah SAW, selain itu pada usia 9 tahun Ibnu Abbas telah hafal Al-Quran dan telah menjadi imam di mesjid. Suatu hari ia ditanya oleh para Tabi’in (generasi sesudah wafatnya Rasulullah SAW) mengenai apa yang dimaksud dengan kebahagiaan dunia. Jawab Ibnu Abbas ada 5 indikator kebahagiaan dunia, yaitu :

Pertama, Qalbun syakirun atau hati yang selalu bersyukur.

Memiliki jiwa syukur berarti selalu menerima apa adanya (qona’ah), sehingga tidak ada ambisi yang berlebihan, tidak ada stress, inilah nikmat bagi hati yang selalu bersyukur. Seorang yang pandai bersyukur sangatlah cerdas memahami sifat-sifat Allah SWT, sehingga apapun yang diberikan Allah ia malah terpesona dengan pemberian dan keputusan Allah.

Bila sedang kesulitan maka ia segera ingat sabda Rasulullah SAW yaitu :
“Kalau kita sedang sulit perhatikanlah orang yang lebih sulit dari kita”. Bila sedang diberi kemudahan, ia bersyukur dengan memperbanyak amal ibadahnya, kemudian Allah pun akan mengujinya dengan kemudahan yang lebih besar lagi. Bila ia tetap “bandel” dengan terus bersyukur maka Allah akan mengujinya lagi dengan kemudahan yang lebih besar lagi.

Maka berbahagialah orang yang pandai bersyukur!

Kedua. Al azwaju shalihah, yaitu pasangan hidup yang sholeh.

Pasangan hidup yang sholeh akan menciptakan suasana rumah dan keluarga yang sholeh pula. Di akhirat kelak seorang suami (sebagai imam keluarga) akan diminta pertanggungjawaban dalam mengajak istri dan anaknya kepada kesholehan. Berbahagialah menjadi seorang istri bila memiliki suami yang sholeh, yang pasti akan bekerja keras untuk mengajak istri dan anaknya menjadi muslim yang sholeh. Demikian pula seorang istri yang sholeh, akan memiliki kesabaran dan keikhlasan yang luar biasa dalam melayani suaminya, walau seberapa buruknya kelakuan suaminya. Maka berbahagialah menjadi seorang suami yang memiliki seorang istri yang sholeh.

Ketiga, al auladun abrar, yaitu anak yang soleh.

Saat Rasulullah SAW lagi thawaf. Rasulullah SAW bertemu dengan seorang anak muda yang pundaknya lecet-lecet. Setelah selesai thawaf Rasulullah SAW bertanya kepada anak muda itu : “Kenapa pundakmu itu ?” Jawab anak muda itu : “Ya Rasulullah, saya dari Yaman, saya mempunyai seorang ibu yang sudah udzur. Saya sangat mencintai dia dan saya tidak pernah melepaskan dia. Saya melepaskan ibu saya hanya ketika buang hajat, ketika sholat, atau ketika istirahat, selain itu sisanya saya selalu menggendongnya”. Lalu anak muda itu bertanya: ” Ya Rasulullah, apakah aku sudah termasuk kedalam orang yang sudah berbakti kepada orang tua ?”

Nabi SAW sambil memeluk anak muda itu dan mengatakan: “Sungguh Allah ridho kepadamu, kamu anak yang soleh, anak yang berbakti, tapi anakku ketahuilah, cinta orangtuamu tidak akan terbalaskan olehmu”. Dari hadist tersebut kita mendapat gambaran bahwa amal ibadah kita ternyata tidak cukup untuk membalas cinta dan kebaikan orang tua kita, namun minimal kita bisa memulainya dengan menjadi anak yang soleh, dimana doa anak yang sholeh kepada orang tuanya dijamin dikabulkan Allah. Berbahagialah kita bila memiliki anak yang sholeh.

Keempat, albiatu sholihah, yaitu lingkungan yang kondusif untuk iman kita.

Yang dimaksud dengan lingkungan yang kondusif ialah, kita boleh mengenal siapapun tetapi untuk menjadikannya sebagai sahabat karib kita, haruslah orang-orang yang mempunyai nilai tambah terhadap keimanan kita. Dalam sebuah haditsnya, Rasulullah menganjurkan kita untuk selalu bergaul dengan orang-orang yang sholeh. Orang-orang yang sholeh akan selalu mengajak kepada kebaikan dan mengingatkan kita bila kita berbuat salah.

Orang-orang sholeh adalah orang-orang yang bahagia karena nikmat iman dan nikmat Islam yang selalu terpancar pada cahaya wajahnya. Insya Allah cahaya tersebut akan ikut menyinari orang-orang yang ada disekitarnya.

Berbahagialah orang-orang yang selalu dikelilingi oleh orang-orang yang sholeh.

Kelima, al malul halal, atau harta yang halal.

Paradigma dalam Islam mengenai harta bukanlah banyaknya harta tetapi halalnya. Ini tidak berarti Islam tidak menyuruh umatnya untuk kaya.

Dalam riwayat Imam Muslim di dalam bab sadaqoh, Rasulullah SAW pernah bertemu dengan seorang sahabat yang berdoa mengangkat tangan. “Kamu berdoa sudah bagus”, kata Nabi SAW, “Namun sayang makanan, minuman dan pakaian dan tempat tinggalnya didapat secara haram, bagaimana doanya dikabulkan”. Berbahagialah menjadi orang yang hartanya halal karena doanya sangat mudah dikabulkan Allah. Harta yang halal juga akan menjauhkan setan dari hatinya, maka hatinya semakin bersih, suci dan kokoh, sehingga memberi ketenangan dalam hidupnya. Maka berbahagialah orang-orang yang selalu dengan teliti menjaga kehalalan hartanya.

Keenam, Tafakuh fi dien, atau semangat untuk memahami agama.

Semangat memahami agama diwujudkan dalam semangat memahami ilmu-ilmu agama Islam. Semakin ia belajar, maka semakin ia terangsang untuk belajar lebih jauh lagi ilmu mengenai sifat-sifat Allah dan ciptaan-Nya.

Allah menjanjikan nikmat bagi umat-Nya yang menuntut ilmu, semakin ia belajar semakin cinta ia kepada agamanya, semakin tinggi cintanya kepada Allah dan rasul-Nya. Cinta inilah yang akan memberi cahaya bagi hatinya.

********************************************************

DISKUSI

Sofi: jadi harus semua ada ataukah salah satu bisa dikatakan bahagia

Ocha: Sofi: jadi harus semua ada ataukah salah satu bisa dikatakan bahagia << tergantung darimana kita menyikapi
Ocha: kalau 3 sudah terpenuhi.. masihkah kita merasa bukan orang yg beruntung?
Ocha: “maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kau dustakan?” begitu kali mbak

Purna: Ocha: “Kalau kita sedang sulit perhatikanlah orang yang lebih sulit dari kita”. >>> yang sering kelihatan yang di atas kita >> bagaimana ya Kak ??

Ocha: wah itu banyak contohnya mungkin purna
Ocha: kita sekarang punya tempat tinggal, lihatlah di tempat lain. mungkin masih ada yg tidur di emperan , harus bersyukur kan?
Titim: iya bener tuh, yg sering kliatan mata…yang lebih dari kita
Ocha: kalau ngeliat selalu ke atas.. wah
Ocha: kadang mata harus lebih jeli mungkin ngeliat “yg dibawah” yg sering luput dari perhatian

Ocha: ada ga yg pengen sharing?
Ocha: mungkin punya tips biar ga selalu ngeliat ke “atas”

Diana: setuju cha..
Diana: Rasulullah jg mengjarkan, bahwa utk urusan dunia, kita hrs melihat ke bawah
Diana: utk urusan akhirat, lihatlah ke atas
Ocha: bener mbak
Sofi: nah itu baru betul
Aya: biar ga slalu ngeliat ke ‘atas’.. mungkin kita juga harus rela skali2 berinteraksi dgn orang2 yg lebih ‘dibawah’ kita..
Aya: ga harus slalu nimbrung sm mereka siy
Diana: yup
Aya: misalnya, biasa naik kendaraan sendiri.. skali2 gapapa kali naek kendaraan umum.. atau biasa naik bis AC, ya gpp juga kali naik bis yg biasa.. disana banyak orang yg bermacam2 yg bisa dilihat.. yg bisa ngingetin juga betapa beruntungnya kita
Aya: pengalaman naik KRL jakarta-bogor
Titim: betul….
Ocha: iya mbak
Titim: mungkin yg selalu kliatan di atas oleh mata itu merupakan ujian ya
Diana: betul, trus ganti jg tontonannya..
Diana: hindari jg nonton sinetron yg hanya menampilkan kemewahan..
Titim: nah…sinetron sekarang itu koq seperti itu ya? orientasinya selalu harta
Ocha: hehe.. sekarang jadi “anti” nonton tv gara2 sinetron semua
Titim: kesan nya hidup itu hanya untuk kehidupan duniawi dan kemewahan dan kebahagiansemu
Sofi: • Maka berbahagialah orang yang pandai bersyukur!
• Maka berbahagialah menjadi seorang suami yang memiliki seorang istri yang sholeh.
• Berbahagialah kita bila memiliki anak yang sholeh.
• Berbahagialah orang-orang yang selalu dikelilingi oleh orang-orang yang sholeh.
• Maka berbahagialah orang-orang yang selalu dengan teliti menjaga kehalalan hartanya.
• Cinta pada agamanya yang akan memberi cahaya bagi hatinya.
Ocha: bener banget mbak titi
Ocha: cuma orang sering kepengaruh , dan ngeliat klo kota besar identik dengan kekayaan
Ocha: padahal kan ga gitu aslinya,.. trus akhirnya malah bikin orang “bermimpi” dan selalu ngeliat keatas


Tanggapan

  1. syukron tuk teh Rinda udah rajin meng-upload resume kamus.. jazakillah khoir.. 🙂

    jazakillah khoir tuk ukhtifillah rahimakumullah yang telah berjibaku sehingga kajian-muslimah tetap terselenggara..

    jazakillah khoir tuk ukhtifillah semua atas kebersamaan dalam kamus ini..

    semoga Allah senantiasa mempertemukan kita dalam kebaikan, di dunia dan di surga kelak, amin

    tetap semangat ! and keep smile 🙂


Tinggalkan komentar

Kategori